Pola konsumsi di Indonesia berubah. Jualan yang menjanjikan. Mereka bangga membeli pakaian lokal dan busana Islami, dan elit yang membeli pakaian saya menggunakannya sebagai simbol status. Kenaikan konsumsi didorong oleh ekspansi cepat dari kelas menengah seiring booming ekonomi teratas Asia Tenggara, mencatat pertumbuhan lebih dari enam persen setiap tahun dalam beberapa tahun terakhir. Pendapatan per kapita tahunan di Indonesia terus meningkat dari $ 890 pada tahun 2003 menjadi sekitar $ 3.000 pada tahun 2011, angka Bank Dunia menunjukkan – meskipun jutaan orang masih hidup dalam kemiskinan yang parah.

Peluang Jualan Yang Menjanjikan

Seiring dengan bertumbuhnya daya beli masyarakat, mereka secara harfiah “memakan” keyakinan Muslim mereka “dengan cara yang sangat nyata,” menurut Greg Fealy, seorang pakar Indonesia di Universitas Nasional Australia di Canberra. “Banyak Muslim saleh di kelas menengah menginginkan untuk menunjukkan kepada orang-orang di sekitar mereka bahwa mereka hidup dalam gaya hidup saleh – melalui pakaian, sekolah, belanja yang  jualan yang menjanjikan mereka lakukan, dan buku yang mereka baca, ”katanya. Meskipun tidak diragukan lagi sudah ada keinginan untuk produk dengan cita rasa muslim, kelompok seperti berhijab yang kuat 3.000 berharap untuk meningkatkan tren ini. Organisasi berskala nasional, yang mengambil namanya dari jilbab tradisional Islam ini, mempromosikan produk-produk seperti perhiasan Islami dan produk kecantikan halal.

Mereka berada di barisan depan kampanye melawan konsumerisme barat, yang paling terlihat di mal dan jaringan perbelanjaan di mana-mana seperti Starbucks. Salah satu contohnya adalah para hijabers memprotes Hari Valentine, yang mereka yakini grosir baju muslimah mendorong pasangan muslim untuk lebih menyayangi secara fisik di depan umum. Terinspirasi oleh gerakan Pakistan untuk mengganti namanya menjadi Hari Jilbab, mereka membagikan pamflet di jualan yang menjanjikan beberapa kota yang menginstruksikan perempuan untuk menutupi. Pro dan kontra selalu muncul dengan ide, komunitas, opini, dan gaya hidup baru. Kita tidak akan pernah bisa menjadi musuh sebaliknya selama kemunculan komunitas ini membantu masyarakat untuk menghadapi kehidupan yang bahagia. Tren bertemu dengan tren dan menciptakan korelasi untuk mewujudkan gaya hidup.

Haruskah kita menganggap perubahan gaya busana muslimah sebagai ide yang buruk? Atau sebaiknya kita dukung tren ini agar bisa menarik perempuan muslimah lainnya untuk menutup auratnya. Kami sangat berharap tren ini dapat membawa dampak yang baik, kreativitas para desainer, semangat para wanita muslimah untuk menutup penampilannya dan juga untuk mengembangkan pendapatan untuk produksi untuk membuat trending model jualan yang menjanjikan yang juga dapat menarik perhatian wanita muslimah lain dari negara lain. . Tidak semua gaya yang berubah menimbulkan dampak buruk, namun juga memberikan manfaat dalam banyak hal. 2. Kontradiksi Hijabers: Sebagai Identitas Baru atau Trend Fashion Khusus Muslimah di Indonesia? Konsep hijabers bagi wanita muslimah kerap dipertanyakan dan menimbulkan keraguan di kalangan wanita muslimah.

Hal tersebut berkaitan dengan penggunaan model fesyen yang dianggap tidak syar’i lagi. Ada pergeseran nilai pemakaian hijab di kalangan wanita muslimah. Ada anggapan bahwa hijabers adalah kelompok yang mengkonstruksikan nilai-nilai konvensional pakaian muslim yang semakin trendy terlepas dari kaidah syar’i. Sentra jualan yang menjanjikan fashion yang digunakan para hijabers lebih tepat dipandang sebagai budaya populer atau massa sebagai akibat dari pengaruh modernitas. Pakaian seringkali dianggap bisa mengkomunikasikan keberadaan kita di masyarakat. Asumsi sebelumnya yang diterapkan mengacu pada gaya berbusana yang menampilkan nilai-nilai keislaman dianggap lebih tepat daripada mengutamakan keserasian antara model, jualan yang menjanjikan corak dan busana pemakainya sendiri. Hijabers berupaya mendekonstruksi pandangan negatif yang kerap ditujukan kepada kelompoknya. Perubahan model, pemilihan warna hingga keserasian antara busana dengan hijab (jilbab) yang mereka lakukan mendapat respon positif dari para muslimah di Indonesia.

Hijabers dinilai mampu mengkonstruksi gaya busana konvensional menjadi seorang wanita muslimah modern, lebih anggun, rapi, penuh warna dan membuat pemakainya memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Namun upaya hijabers yang dimotori oleh jualan yang menjanjikan desain busana muslim yang sedang tren saat ini, Dian Pelangi, dinilai belum menyentuh semua kalangan di masyarakat. Terjadi pergeseran nilai konstruksi hijab yang dikonstruksi oleh wanita Indonesia saat ini. Hijab tidak lagi mengacu pada kerudung yang digunakan oleh wanita muslimah (seperti jilbab), akan tetapi hijab diartikan memakai jilbab dengan cara yang dimodifikasi.

Hijab menjadi trend baru wanita muslim di Indonesia. Hijabers Community telah mengkonstruksi jilbab sesuai dengan nilai-nilai pemahaman dan pandangannya masing-masing. Pertama, jilbab dipahami sebagai simbol ketaatan perempuan pada ajaran agamanya, sedangkan jilbab sekarang dimaknai sebagai bagian dari gaya hidup. Ada pergeseran jualan yang menjanjikan yang signifikan dalam nilai penggunaan hijab saat ini. Sesuai dengan pengertian identitas yang dipahami sebagai proses sosial yang ditentukan oleh struktur sosial. Identitas kemudian dipertahankan, dimodifikasi, atau bahkan dibentuk kembali oleh hubungan sosial. Identitas adalah satu