Data Kementerian Perindustrian Indonesia mengungkapkan bahwa grosir baju muslimah sekitar 80% produk pakaian muslim dijual di pasar domestik, sedangkan 20% sisanya diekspor (Lihat Sektor Garmen dan Tekstil Indonesia; Kesengsaraan Jangka Pendek). Pada 2015, ekspor busana muslim Indonesia mencapai $ 4,57 miliar USD atau sekitar Rp 58,5 triliun. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun 2014 sebesar $ 4,63 miliar USD dengan tren pertumbuhan ekspor 2,30%.

Menurut data BPS (2013), jumlah perusahaan yang bergerak di bidang fashion mencapai 1.107.955 unit. Sekitar 10% dari mereka adalah perusahaan besar, 20% adalah perusahaan menengah dan 70% adalah perusahaan kecil (Lihat UKM Indonesia: Peningkatan grosir baju muslimah Dukungan Pemerintah untuk Mengatasi Tantangan). Dari 750.000 UKM yang bergerak di sektor sandang di Indonesia, sekitar 30% di antaranya adalah produsen pakaian muslim, dengan perusahaan besar menempati 40%, sedangkan usaha kecil dan menengah masing-masing menempati 30% pasar.

Hijup, misalnya, sekarang memiliki 200 desainer dan basis pelanggan yang berkembang di 100 negara. Dengan pertumbuhan omset tahunan lima kali lipat, startup bisnis agen fashion baru-baru ini menerima pendanaan awal dari investor global terkenal yang meliputi 500 Startups, Fenox Venture Capital, dan Skystar Capital dan telah dimasukkan dalam program Google Developers Launchpad Accelerator. Pada Februari 2016, atas undangan British Council, Hijup memamerkan produknya di London Fashion Week.

Peluang Bisnis Grosir Baju Muslimah

Peritel pakaian muslim lainnya yang berkembang pesat, Elhijab, kini memiliki lebih dari 184 gerai ritel di seluruh Indonesia. Melalui pengembangan platform e-commerce, Elhijab grosir baju muslimah bandung telah berhasil membangun mereknya secara nasional dan internasional serta memasuki pasar ekspor di Eropa Barat termasuk Inggris dan Prancis serta Amerika Serikat dan Timur Tengah.

Ke depan, ekspor pakaian muslim Indonesia akan difokuskan pada pasar unsaturated seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Inggris, Australia, Kanada, UEA, Belgia, dan China.

Persaingan meningkat
Meski mengalami kemajuan yang signifikan, industri pakaian muslim Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Daya saing produknya masih rendah karena efisiensi yang buruk dan skalabilitas yang rendah. Tantangan lain yang dihadapi oleh industri pakaian syariah di negara ini termasuk kurangnya pembiayaan (Lihat Tinjauan Sektor Keuangan Mikro Indonesia: Komponen Utama untuk Pertumbuhan Berkelanjutan), preferensi budaya, dan kebutuhan untuk menjaga keseimbangan antara menegakkan prinsip-prinsip Islam dan mengikuti tren mode global terkini.

Sedangkan pesaing utama produk hijab kelas atas adalah pabrikan dari negara-negara ASEAN, khususnya Malaysia dan Thailand (Lihat Indonesia dan Masyarakat Ekonomi ASEAN – Siap Integrasi Regional?). Yang terakhir, sebagai salah satu produsen grosir baju muslim tekstil utama di Asia Tenggara, bertujuan menjadikan Bangkok sebagai pusat industri grosir baju muslimah pakaian muslim. Industri busana Islam Thailand sebagian besar terletak di provinsi selatan yang didominasi Muslim, dengan sekitar 80% produknya diekspor ke Malaysia sebelum diekspor kembali ke berbagai negara dengan omset tahunan sekitar $ 28 juta USD.

Malaysia adalah pesaing terbesar Indonesia di segmen hijab modis. Produsen dan pengecer jilbab di negara ini telah memiliki langkah awal dalam hal pemasaran dengan memanfaatkan platform e-commerce dan media sosial; khususnya grosir baju muslimah Instagram, untuk memasarkan produknya. Salah satu brand hijab Malaysia yang sukses mendunia adalah Naelofar. Pada tahun 2015, perusahaan milik keluarga tersebut berhasil membukukan penjualan sebesar $ 11,8 juta USD. Merek ternama lainnya adalah Mimpikita yang diundang untuk memamerkan produknya di London Fashion Week 2015.

Pesaing utama produk hijab kelas bawah adalah China yang menawarkan produk lebih murah (See What China’s Slowdown Means for Indonesia: A Trade Perspective). Hal ini penting dilakukan karena pelanggan dalam negeri cenderung lebih mengutamakan harga daripada kualitas yang membuat para penjual hijab beralih ke penjualan kembali produk China daripada membantu mengembangkan produk lokal. Selain itu, popularitas hijab grosir baju muslimah yang semakin meningkat di Indonesia dan negara lain telah menarik peritel dan desainer dari negara non-Muslim untuk meluncurkan lini pakaian muslim sendiri. Pengecer Jepang, Uniqlo, misalnya, menyewa seorang blogger busana Muslim populer, Ibu Hana Tajima, untuk merancang lini pakaian Muslim untuk merek mereka.

Pada bulan September, model Inggris Ms Mariah Idrissi menjadi wanita pertama yang mengenakan jilbab untuk membintangi iklan untuk H&M; pengecer pakaian grosir baju muslimah terbesar kedua di dunia. Pada tahun 2014, DKNY meluncurkan koleksi Ramadhan dan brand western lainnya seperti Tommy Hilfiger dan Mango mengikuti dengan menjual busana muslim selama Ramadan.